Bontang Pos – Pemerintah Aceh telah membuka peluang menarik bagi pemilik merek parfum ternama dunia untuk mendirikan pabrik produksi di daerah yang kaya akan sumber daya alam ini. Minyak nilam Aceh, yang dikenal memiliki kualitas terbaik di dunia, menjadi salah satu bahan baku utama yang diandalkan dalam industri parfum. Pj Gubernur Aceh, Safrizal, mengungkapkan bahwa langkah ini merupakan upaya untuk meningkatkan perekonomian lokal dan menarik investasi asing ke Aceh.
Dalam pernyataannya di Banda Aceh, pada hari Jumat, Safrizal menyatakan niatnya untuk mengirimkan surat kepada Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, agar ikut berperan dalam mendorong perusahaan-perusahaan internasional yang menggunakan bahan baku nilam untuk membuka pabrik di Aceh. Ia menyebutkan, saat ini produksi minyak nilam di Aceh telah diekspor ke negara-negara penghasil parfum terkenal seperti Prancis, Swiss, dan Italia, namun produk tersebut masih dalam skala kecil dan belum mampu bersaing secara nasional atau internasional.
“Saat ini, kita masih memproduksi minyak nilam berkualitas terbaik dan mengekspornya ke negara-negara yang terkenal dengan produk parfum mereka. Namun, kita ingin meningkatkan nilai tambah dengan membuka pabrik di Aceh,” ujarnya. Safrizal menekankan pentingnya dukungan dari Bank Indonesia untuk mempercepat realisasi pembukaan pabrik-pabrik tersebut.
Menurutnya, jika Bank Indonesia terlibat dalam mendorong perusahaan-perusahaan internasional, diharapkan respons dan dampaknya akan lebih signifikan dibandingkan jika upaya tersebut dilakukan secara mandiri oleh pemerintah Aceh. “Kami siap menyediakan tempat bagi produk-produk internasional untuk membuka pabriknya di sini,” kata Safrizal.
Aceh sudah memiliki semua syarat yang diperlukan untuk menarik investor, termasuk bahan baku berkualitas, tenaga kerja terampil, serta lokasi yang strategis di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong. Dengan memanfaatkan semua potensi ini, Safrizal berharap agar perusahaan-perusahaan dari luar negeri dapat melihat Aceh sebagai tempat yang ideal untuk berinvestasi dan memproduksi barang-barang yang kemudian bisa diekspor ke mancanegara.
“Jika ada perusahaan internasional yang mendirikan pabrik di Aceh, kebutuhan bahan baku akan dapat dipenuhi dari sini, sehingga kita tidak perlu lagi mengirim minyak mentah ke luar. Tentunya, ekspor tetap menjadi strategi penting untuk pertumbuhan ekonomi kita,” tambahnya.
Safrizal menegaskan bahwa semua usaha ini adalah langkah konkret untuk memajukan Aceh dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Harapannya, surat yang akan dikirimkan kepada Gubernur Bank Indonesia dapat mendapatkan tanggapan positif, sehingga rencana ini bisa segera terwujud.
Pernyataan ini disampaikan Safrizal di sela-sela Festival Meseuraya 2024 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh, yang bertujuan untuk mempromosikan produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari Aceh. Dalam festival tersebut, minyak nilam Aceh menjadi salah satu produk unggulan yang mendapat perhatian khusus, di mana beberapa UMKM lokal telah memproduksi berbagai produk turunan seperti parfum dengan skala kecil.
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah Aceh berharap untuk tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat posisi Aceh sebagai salah satu pusat produksi parfum terkemuka di Indonesia.